Jia merayakan Cap Go Meh di Singkawang. Banyak sekali pertunjukan budaya yang disaksikannya. Ada pawai lampion, wayang gantung, festival kuliner, pertunjukan musik delapan dewa, dan yang tak kalah penting adalah pawai tatung. Suguhan budaya ratusan tahun yang masih lestari hingga kini. Semuanya adalah warisan budaya Tionghoa. Namun, hei! Mengapa ada kesatria aneh dalam pawai tatung itu? Ia memakai kalung tengkorak sebagai aksesoris. Manik-manik dan bulu burung menjadi mahkotanya. “Itu tatung Dayak,†kata Mama. Apa itu tatung Dayak? Bukannya tatung itu budaya Tionghoa? Mengapa orang Dayak ikut dalam perayaan ini? Jia berjalan mengikuti sang tatung Dayak. Lalu, akankah Jia mendapatkan jawabannya?