Mato si pohon matoa tiap hari bersedih, Ia merosa kesepian dan ingin sekali seperti Cesi si cenderawasih yang bisa terbang sesuka hati. Hingga suatu hari, datanglah anak-anak suku Dani. Mereka membawa bulatan besar dan menempelkannya ke tubuh Mato. Mato tidak menyukai bulatan itu. Lama-lama, bulatan itu membesar dan membuat semut-semut berdatangan. Mato panik dan menangis sejadi-jadinya. Tak disangka, tangisan Mato membuat bulatan itu terbangun. Mato jadi terkejut. Sebenanya. siapakah bulatan itu? Yuk, ikuti cerita selengkapnya kisah Mato di buku ini.