Dio diwarisi seruling bambu oleh Abah. Seruling itu sangat berharga baginya. Ia selalu membawa seruling itu meskipun tidak pernah lagi memainkannya. Pada suatu hari, ia menjadi bahan ejekan teman-temannya karena membawa seruling itu. Dio merasa sedih. Namun, ada temannya, Alika, yang selalu menyemangatinya. Alika yakin, Dio memiliki sesuatu yang istimewa dengan seruling itu. Hingga suatu hari ia mendapat tugas pada mata pelajaran Seni Budaya. Dio merasa tidak percaya diri karena ia tidak bisa bernyanyi. Sebagai gantinya, teman sekelompoknya meminta Dio memainkan seruling. Apakah Dio akan memainkan seruling itu? Lalu, bagaimanakah seruling itu membawa Dio melangkah ke masa depan? Yuk, ikuti ceritanya!